Part 3 Gadis berkarakter Es
Malam Jumat Kliwon, tepatnya
tanggal 31 Desember 2015, Jam Dinding
menunjukkan pukul 20.45 di sebuah ruang rawap inap di sebuah Rumah sakit
tipe D itu. Seorang bertubuh tinggi kekar mengenakan pakaian serba putih berjalan
menuju setiap kamar pasien yang hening dan senyap. Langkahnya yang ringan
seakan akan melayang nyaris tak terdengar
bunyi sedikitpun. Perlahan-lahan dia mengetuk pintu kamar dan mengucap
salam, namun tak seorang pun menjawab. Dia pun segera mendekati seorang
laki-laki paruh baya yang tengah berbaring di sofa berwarna hitam dan
membangunkannya.
“pak..pak” sambil memegang bahu
pria paruh baya itu
Terkejut pria paruh baya itu pun
langsung bangun dari sofa dan berdiri
“ ini adeknya mau disuntik obat,
bapak tolong jagain kalau nanti adeknya
kaget.”
“iya pak dokter.” Jawab pria
paruh baya itu
Dokter Muda itu pun segera
mengambil kapas DTT dan memegang tangan seorang bayi berusia 9 bulan yang
tengah menderita penyakit campak. Segera kemudian ia menyuntikan obat injeksi
ke dalam karet selang infuse yang terpasang pada tangan kiri bayi mungil itu.
Dengan senyum ramah dokter muda
itu meninggalkan kamar pasien dan menuju meja resepsionis ruangan pediatric.
Seorang gadis yang memakai baju serba putih dan memakai kap tengah menunggunya
dengan senyuman yang mengembang.
“ Dokter, makasih yah, maaf
ngerepotin, harusnya itu tugas aku.” Sapa perawat gadis itu menyambut dokter
muda
“gak papa lah, kita kan cuma
dinas berdua, lagian ini dinas
terakhirku disini, tetap semangat ya.” Kata dokter laki-laki muda itu ceria
“oh iya, kenalin dok, namaku
Alicia, biasa dipanggil Alice.” Sapa perawat gadis itu sambil mengulurkan
tangannya yang putih nan halus
“ Raven Praditya Saksama, cukup
panggil Raven”. Jawab dokter muda itu seraya menjabat tangan perawat gadis yang
cantik jelita
Setelah sebulan yang lalu aku
selesai uji semester dan uji Praktek, hari ini adalah hari pertama aku dinas
disebuah rumah sakit baru, untuk pertama kalinya aku dapat jatah dinas malam
sendirian. Pembagiannya yang mendapat jatah praktek di rumah sakit ini 4 orang,
2 dinas pagi, 1 dinas siang, dan “me” dinas malam. Menurutku hal yang kurang
beruntung karena selain aku dinas malam sendiri, tempat praktekku kali ini
berbeda dengan temanku Amaiza, kita harus berangkat sendiri-sendiri meskipun
lokasinya tidak begitu jauh dari kos-kosan, tapi rasanya cukup hambar dihatiku
agak hampa gitu. Tapi aku harus jalani semuanya dengan semangat demi mengejar
cita-cita. Aku langkahkan kakiku segera menuju ruangan tempat aku dinas mala
mini yaitu ruang pediatric. AKu pun menghampiri temanku yang tengah dinas siang
untuk meminta informasi pasien atau operan. Aku segera mencari posisi dia
berada, ternyata temanku sedang berbicara dengan seorang laki-laki partner
dinasnya.
“Alice, pasiennya berapa?”
tanyaku kepada temanku yang duduk di bangku perawat jaga ruang pediatric
Dokter laki-laki yang sedang
berbicara dengan menghadap ke arah Alicia dan membelakangiku menoleh ke arahku
dengan muka terkejut.
“Nadira?” sapa dokter muda itu
kaget
Aku pun terdiam terperangah mendengar
dokter muda itu menyebut namaku dengan jelas, sepertinya aku pernah mendengar
suara itu entah kapan. Aku mencoba mengingat-ingat tapi sepertinya aku tidak
bisa menemukan memori itu. Mungkin aku terlalu focus pada materi ujian kemaren
hingga semua nama dan wajah aku lupakan begitu saja. AKu tidak berani
mengucapkan kata “ siapa ya” takutnya dia memang seorang yang aku kenal, tapi
aku juga tidak tahu namanya.
“ dokter Raven, kenal Nadira?”
Tanya Alicia kepada Dokter muda yang sedang memandang wajahku dengan tajam
“ia kenal” jawab dokter muda itu
seraya mengembangkan senyum manis diwajahnya
Aku masih menunduk malu dengan
muka mulai memerah, entah kenapa aku merasa namanya begitu asing ditelingaku
tapi dokter itu mengatakan kalau dia mengenalku. Spontan tubuhku menjadi kaku
dan salah tingkah. Seketika itu suasana hening menjelma, Aku trus berpikir apa
yang harus aku lakukan dalam kondisi yang risih seperti ini, mataku pun mulai melirik ke sekeliling
ruangan mencari-cari sesuatu entah apapun yang bisa dijadikan alas an untuk
memulai sebuah pembicaraan.
“udah jam 9 nih, operan yuk.”
Kataku memecah keheningan
“bentar lah, perawat jaganya juga
belum pada datang. Lagian pasiennya Cuma 2, kamar 1 pasien bayi kena campak,
kamar 3 pasien balita febris, udah santai aja injeksi udah masuk semua.” Kata
Dokter muda itu berusaha mengambil perhatianku
“kelihatannya kalian berdua sudah
akrab ya?” Tanya alice penasaran dengan raut muka agak masam sambil membolak
balikkan buku catatan pasien
“gak juga…” jawabku gugup
“ sebenarnya udah lama kenal,
tapi belum punya kontaknya aja, minta PIN BB atau NO.Hp km donk biar akrab!” goda
dokter muda itu kepadaku
“dokter Raven pinter ngerayu juga
ya, bilang aja mau kenalan, triknya bagus juga buat dicontek SKSD bgt” celetuk
Alice sambil tertawa
Tidak lama kemudian perawat jaga
untuk dinas malam datang dan kami pun langsung operan.
Sepulang dinas siang Raven segera
mandi dan berbaring dikasur kosnya. Dia masih terbayang Nadira, gadis itu tidak
Cuma sekali menolaknya bahkan tidak sama sekali memandang wajah Raven. Padahal di
kampusnya ia termasuk pria yang popular bahkan dari kampus lain pun banyak yang
ingin berkencan dengannya. Raven pun menjadi penasaran dengan Nadira, seorang
gadis yang dingin meskipun ia seorang mahasiswi keperawatan tentu saja tidak
seperti mahasiswi keperawatan pada umumnya yang hangat dan ramah, lagipula dia tidak terlalu cantik menurut Raven.
“benar-benar gadis yang sombong,
dia pikir dia siapa, benar-benar gadis berkarakter es” gerutu Raven dalam hati
bersambung...
0 komentar