cerbung

Cerpen - I don't wanna tell i love you but i do

23:55

Part 3 Gadis berkarakter Es



Malam Jumat Kliwon, tepatnya tanggal 31 Desember 2015, Jam Dinding  menunjukkan pukul 20.45 di sebuah ruang rawap inap di sebuah Rumah sakit tipe D itu. Seorang bertubuh tinggi kekar mengenakan pakaian serba putih berjalan menuju setiap kamar pasien yang hening dan senyap. Langkahnya yang ringan seakan akan melayang nyaris tak terdengar  bunyi sedikitpun. Perlahan-lahan dia mengetuk pintu kamar dan mengucap salam, namun tak seorang pun menjawab. Dia pun segera mendekati seorang laki-laki paruh baya yang tengah berbaring di sofa berwarna hitam dan membangunkannya.

“pak..pak” sambil memegang bahu pria paruh baya itu
Terkejut pria paruh baya itu pun langsung bangun dari sofa dan berdiri
“ ini adeknya mau disuntik obat, bapak tolong  jagain kalau nanti adeknya kaget.”
“iya pak dokter.” Jawab pria paruh baya itu

Dokter Muda itu pun segera mengambil kapas DTT dan memegang tangan seorang bayi berusia 9 bulan yang tengah menderita penyakit campak. Segera kemudian ia menyuntikan obat injeksi ke dalam karet selang infuse yang terpasang pada tangan kiri bayi mungil itu.

Dengan senyum ramah dokter muda itu meninggalkan kamar pasien dan menuju meja resepsionis ruangan pediatric. Seorang gadis yang memakai baju serba putih dan memakai kap tengah menunggunya dengan senyuman yang mengembang.

“ Dokter, makasih yah, maaf ngerepotin, harusnya itu tugas aku.” Sapa perawat gadis itu menyambut dokter muda
“gak papa lah, kita kan cuma dinas berdua,  lagian ini dinas terakhirku disini, tetap semangat ya.” Kata dokter laki-laki muda itu ceria
“oh iya, kenalin dok, namaku Alicia, biasa dipanggil Alice.” Sapa perawat gadis itu sambil mengulurkan tangannya yang putih nan halus
“ Raven Praditya Saksama, cukup panggil Raven”. Jawab dokter muda itu seraya menjabat tangan perawat gadis yang cantik jelita

Setelah sebulan yang lalu aku selesai uji semester dan uji Praktek, hari ini adalah hari pertama aku dinas disebuah rumah sakit baru, untuk pertama kalinya aku dapat jatah dinas malam sendirian. Pembagiannya yang mendapat jatah praktek di rumah sakit ini 4 orang, 2 dinas pagi, 1 dinas siang, dan “me” dinas malam. Menurutku hal yang kurang beruntung karena selain aku dinas malam sendiri, tempat praktekku kali ini berbeda dengan temanku Amaiza, kita harus berangkat sendiri-sendiri meskipun lokasinya tidak begitu jauh dari kos-kosan, tapi rasanya cukup hambar dihatiku agak hampa gitu. Tapi aku harus jalani semuanya dengan semangat demi mengejar cita-cita. Aku langkahkan kakiku segera menuju ruangan tempat aku dinas mala mini yaitu ruang pediatric. AKu pun menghampiri temanku yang tengah dinas siang untuk meminta informasi pasien atau operan. Aku segera mencari posisi dia berada, ternyata temanku sedang berbicara dengan seorang laki-laki partner dinasnya. 

“Alice, pasiennya berapa?” tanyaku kepada temanku yang duduk di bangku perawat jaga ruang pediatric
Dokter laki-laki yang sedang berbicara dengan menghadap ke arah Alicia dan membelakangiku menoleh ke arahku dengan muka terkejut.
“Nadira?” sapa dokter muda itu kaget

Aku pun terdiam terperangah mendengar dokter muda itu menyebut namaku dengan jelas, sepertinya aku pernah mendengar suara itu entah kapan. Aku mencoba mengingat-ingat tapi sepertinya aku tidak bisa menemukan memori itu. Mungkin aku terlalu focus pada materi ujian kemaren hingga semua nama dan wajah aku lupakan begitu saja. AKu tidak berani mengucapkan kata “ siapa ya” takutnya dia memang seorang yang aku kenal, tapi aku juga tidak tahu namanya.

“ dokter Raven, kenal Nadira?” Tanya Alicia kepada Dokter muda yang sedang memandang wajahku dengan tajam
“ia kenal” jawab dokter muda itu seraya mengembangkan senyum manis diwajahnya

Aku masih menunduk malu dengan muka mulai memerah, entah kenapa aku merasa namanya begitu asing ditelingaku tapi dokter itu mengatakan kalau dia mengenalku. Spontan tubuhku menjadi kaku dan salah tingkah. Seketika itu suasana hening menjelma, Aku trus berpikir apa yang harus aku lakukan dalam kondisi yang risih seperti ini,  mataku pun mulai melirik ke sekeliling ruangan mencari-cari sesuatu entah apapun yang bisa dijadikan alas an untuk memulai sebuah pembicaraan. 

“udah jam 9 nih, operan yuk.” Kataku memecah keheningan
“bentar lah, perawat jaganya juga belum pada datang. Lagian pasiennya Cuma 2, kamar 1 pasien bayi kena campak, kamar 3 pasien balita febris, udah santai aja injeksi udah masuk semua.” Kata Dokter muda itu berusaha mengambil perhatianku
“kelihatannya kalian berdua sudah akrab ya?” Tanya alice penasaran dengan raut muka agak masam sambil membolak balikkan buku catatan pasien
“gak juga…” jawabku gugup
“ sebenarnya udah lama kenal, tapi belum punya kontaknya aja, minta PIN BB atau NO.Hp km donk biar akrab!” goda dokter muda itu kepadaku
“dokter Raven pinter ngerayu juga ya, bilang aja mau kenalan, triknya bagus juga buat dicontek SKSD bgt” celetuk Alice sambil tertawa  

Tidak lama kemudian perawat jaga untuk dinas malam datang dan kami pun langsung operan.
Sepulang dinas siang Raven segera mandi dan berbaring dikasur kosnya. Dia masih terbayang Nadira, gadis itu tidak Cuma sekali menolaknya bahkan tidak sama sekali memandang wajah Raven. Padahal di kampusnya ia termasuk pria yang popular bahkan dari kampus lain pun banyak yang ingin berkencan dengannya. Raven pun menjadi penasaran dengan Nadira, seorang gadis yang dingin meskipun ia seorang mahasiswi keperawatan tentu saja tidak seperti mahasiswi keperawatan pada umumnya yang hangat dan ramah, lagipula dia tidak terlalu cantik menurut Raven.

“benar-benar gadis yang sombong, dia pikir dia siapa, benar-benar gadis berkarakter es” gerutu Raven dalam hati

bersambung...

You Might Also Like

0 komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Like us on Facebook

created by Ariyani Magenta . Powered by Blogger.