cerbung

cerpen : I Don't Wanna Tell I Love You But I do

06:48



Part 2

Hari ini adalah hari terakhir ujian semester untuk ujian tulis atau materi, untuk ujian praktek waktunya tentative disesuaikan dengan tersedianya tempat dan jadwal dosen. Sebenarnya jadwal ujian praktek sudah ditetapkan seminggu yang lalu bersama dengan jadwal ujian tulis. Namun karena banyaknya peserta ujian dari semester 1 sampai semester akhir dan ketersediaan tempat pun terbatas, akhirnya dibagi-bagi jadwalnya agar kondisinya kondusif. Menurut jadwal, aku dapat jatah ujian praktek minggu ke-3 bulan ini, tapi entahlah kapan waktu fixnya nanti konfirmasi ke dosen dulu. Aku dan Amaiza memutuskan untuk jalan-jalan ke taman kota sore ini, seperti rencana kami sabtu lalu sebelum ujian. Sebenarnya aku ingin istirahat saja di kos, kebayang kan bagaimana rasanya pusing kepalaku selama 2 minggu digenjot dengan puluhan buku tugas dan materi. Tapi janji adalah janji hutang adalah hutang, aku memang mengajak amaiza pergi ke taman agar dia semangat belajar dan juga gak banyak cerewet bertanya ini itu. Dia memang tipe orang yang cerewet ketika belajar, kalau suasananya hening dia mudah bosan bahkan kadang malah tertidur.
Sekitar Pukul 16.00 WIB, aku dan amaiza sudah bersiap dengan kostum masing-masing dalam rangka refreshing pasca ujian tulis semester III. Temanku Amaiza atau sapaan akrabnya May, benar-benar kelihatan ceria sekali. Dia mengenakan outfit dengan warna serba cerah dan make up natural namun cukup menarik perhatian karena gaya make up dia kali ini seperti ala korea. Sedangkan aku, aku memang tidak suka terlalu ribet masalah fashion, cukup lipbalm dan sunblock aja kadang malas memakainya tapi kalau hand and body lotion itu wajib banget karena Jakarta sangat panas dan polusi udaranya bisa membuat kulit kering dan kusam.
Sekitar satu jam kemudian, kami sampai di lokasi yang kami tuju. Taman Kota yang kami kunjungi kali ini adalah Monumen Nasional (Monas). Disana sudah terlihat ramai khalayak, pasangan muda mudi, bahkan keluarga besar sedang menikmati panorama taman kota bersejarah itu, apalagi suasana sore ini cukup cerah sehingga langit di atas menara sejarah itu tampak indah. Kami berdua memutuskan untuk mencari tempat yang bisa digunakan untuk duduk-duduk dan ngobrol santai.
iloveyoubutshy“Dira, kamu duduk disini ya, aku mau beli cemilan dulu.. awas ya jangan kemana-mana!” Kata Amaiza sambil menyuruhku duduk disebuah bangku yang berada tidak jauh dari lokasi Monas
“iya…iya, mana mungkin aku ninggalin kamu sih. “ jawabku sambil sedikit menahan tawa
Amaiza berlalu dari pandanganku, sekilas tampak ekspresinya tadi ketika menyuruhku duduk. Dia tahu benar, aku tidak mempunyai banyak uang jadi dia inisiatif untuk membeli cemilan sendiri. Dia tahu juga kalau aku gak akan mau diajak membeli makanan banyak-banyak, karena aku memang hemat masalah anggaran belanja. Sedangkan dia sendiri takut kalau aku meninggalkan dia sendirian di Monas, selama ini memang kami selalu pergi kemanapun berdua maklum aja kami adalah jomblo sejati alias belum punya pacar.  Amaiza memang suka ngemil tapi dia takut juga aku meninggalkan dia di Monas, dia kelihatan lucu sekali, berkali kali menengok ke belakang untuk mengecek apakah aku masih berada ditempat.
Aku mulai memperhatikan keindahan taman kota bersejarah itu, setiap sudut terlihat dipenuhi orang-orang yang ingin menghabiskan weekend nya disini. Ada juga yang sedang olahraga di lapangan yang telah disediakan, di beberapa sudut yang lain terlihat pasangan muda mudi yang saling memadu kasih sambil menikmati pemandangan taman kota itu. Tiba-tiba ada segerombol pemuda yang mendekat ke bangkuku, dan 2 diantaranya dengan senaknya saja duduk disampingku.
“ Ven, payah lo sama anak kemaren sore nyerah gitu aja.” Kata salah seorang dari pemuda yang duduk disebelahku
“ bukan gitu Ren, udah jam berapa ini, gue gak mau ribut sama mereka?” jawab pemuda yang lain yang duduk tepat disebelahku
“ya udah bro, next time kita tanding lagi sama mereka gimana? Gue punya kontak mereka, biar kita gak malu, dimana harga diri kita bro?” kata pemuda yang lainnya  menyambung pembicaraan
“oke, gue setuju bro, kita babat abis tim mereka, anak kecil aja ptantang ptinting ngajak tempur!” sambung pemuda yang lain
“ya udah, gue, Fabian, sama Donny setuju tanding lagi, gimana kalian berdua?” Tanya seorang pemuda yang berdiri
“gue ikut, kalau Raven ikut.” Jawab salah satu pemuda yang duduk disebelahku sambil menoleh ke arah pemuda yang satunya.
“oke, gue ikut kalau Rendy ikut, timingnya kapan WhatsApp gue aja ya.” Jawab pemuda yang duduk tepat disebelahku sambil membuka botol air minum mineral dan meminumnya.
Aku bingung mau bagaimana, kalau aku tetap duduk disini aku merasa risih mendengar obrolan mereka. Kalau aku pergi, bagaimana dengan Amaiza, dia bisa menangis kalau sampai kesasar dan gak bisa menemukan lokasiku berada. Aku Benar-benar bingung dan bimbang, Disisi lain para pemuda itu, tidak lekas pergi dari bangku ini, mereka justru chit chat panjang entah tentang apa. Mereka sepertinya habis melakukan kompetisi sesuatu, mungkin olahraga karena pakaian mereka seperti baju pemain bola dan badannya penuh dengan keringat yang berbau masam menyengat. Itu juga salah satunya, yang membuat aku gak  nyaman bertahan duduk disini.
“ehh, bro sebelah lo tuh……” kata seorang pemuda yang berdiri lirih kepada pemuda yang duduk tepat disebelahku
“eh dek, mau minum gak? Atau cemilan…” kata pemuda yang duduk tepat disebelahku sambil menyodorkan air minum kemasan dan satu bungkus snack kepadaku
“gak kak, makasih… silahkan makan aja, gak papa.” jawabku lirih dengan sedikit risih dan malu
“gak mau lah bro, cuci dulu tangan lo, atau mandi dulu sana, gak ngaca muka lo kaya badak, asem banget baunya.” Kata seorang pemuda yang berdiri sambil tertawa cekikikan disambung dengan pemuda lain yang ikut tertawa
Aku benar-benar merasa sudah tidak nyaman lagi, karena dijadikan bahan candaan oleh mereka. Akhirnya aku langsung berdiri dan tanpa pikir panjang pergi meninggalkan bangku itu. Aku benar-benar merasa kesal dengan mereka. Aku sudah berjalan beberapa meter dari bangku itu, aku mendenar salah satu dari mereka memanggil-manggil aku, tapi aku tidak peduli dengan mereka Karena aku tahu pasti mereka akan meminta kenalan dan menggoda aku seperti laki-laki pada umumnya.
“dek, kunci motornya ketinggalan loh!…..tuh anak apa gak butuh ya, dipanggil gak nyaut-nyaut.” Teriak pemuda yang tadi duduk tepat disebelahku
“udahlah, ngapain ngurusin orang, taruh aja disitu ntar pasti dia balik lagi kalau udah merasa kehilangan.” Sambung temannya yang duduk disebelahnya
“kak, Nadira kemana? Kok kalian yang duduk disini. Tempat duduk ini kan udah aku “CUP” sih” Tanya Amaiza kaget dengan muka kesal kepada pemuda-pemuda yang duduk di bangku itu
“bangku kosong itu milik umum dek, gak ada nge”CUP” segala” sambung pemuda yang lainnya
“tapi kan, tadi temenku udah duduk duluan disini kak!” gertak Amaiza kepada pemuda-pemuda itu
“oh cewek jutek tadi? Itu temen kamu, tuh dia pergi ke arah sana, tuh kunci motornya malah ditinggal.” Kata pemuda yang berdiri
“nama temen kamu itu Nadira ya?” kata pemuda yang tadi duduk tepat disebelahku
“iya kak.” Jawab Amaiza sambil memandang ke arah seorang pemuda yang bertanya kepadanya
“oke, kamu tunggu disini, aku akan cari teman kamu itu, aku juga mau mengembalikan kunci motornya. Ini semua salahku makanya dia pergi, tadi dia dibikin bahan bercandaan sama temen-temen disini, sorry ya” kata pemuda yang tadi duduk tepat disebelahku kepada Amaiza
“kalian jaga cewek ini baik-baik ya, awas aja kalau sampai terluka segores pun, gue mau cari cewek itu” kata pemuda yang tadi duduk tepat disebelahku kepada teman-temannya
“SIAP BOSS!!! Pasti kita jaga amanat dari Big Boss kita.” Kata salah seorang pemuda sambil tertawa berbahak bahak
“gue serius Fin!” kata pemuda yang tadi duduk disebelahku dengan muka serius dan garang sambil berdiri mendekati pemuda yang tertawa berbahak bahak
“santai, santai Ven, Keep Calm.. kaya gak kenal Alfin aja, kita pasti jagain cewek ini kok… tenang aja bro.” kata Rendy sambil menahan amarah temannya Raven

Aku masih berjalan tanpa arah, dan mencari tempat untuk istirahat sejenak. Kakiku rasanya pegal kalau terus berjalan-jalan. Akhirnya aku teringat temanku Amaiza, pasti dia sudah kesal dan kebingungan mencariku. Aku segera membuka Tasku untuk mengambil Smartphone-ku, dan ternyata aku lupa membawa smartphone-ku karena tadi waktu berangkat aku sangat terburu-buru karena waktu sudah agak sore. Aku harus bagaimana sekarang, aku tidak membawa HP aku tidak bisa menghubungi Amaiza. Aku diselimuti perasaan gelisah dan rasa bersalah pada Amaiza, bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya, dia sangat cantik pasti banyak digoda oleh laki-laki hidung belang. Dan aku tahu betul kalau Amaiza itu gadis yang polos, dia bisa apa kalau dirayu oleh laki-laki seperti para pemuda tadi. Perasaan dihatiku pun berkecamuk menjadi satu, aku benar-benar mengkhawatirkan temanku yang cantik itu. Akhirnya aku memutuskan untuk Turn Back ke bangku yang kami berdua ingin duduki tadi. Aku punya keyakinan, kalau para pemuda itu sudah pergi meninggalkan tempat itu dan tinggalan seorang gadis cantik yang menangis tersedu-sedu seperti anak ayam kehilangan induknya. Sesegera mungkin aku berlari menuju bangku tadi.
“bruakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.” Aku bertabrakan dengan seorang pemuda yang berlari dari arah berlawanan sehingga kami berdua pun terjatuh
“kamu gak papa?” kata pemuda itu sambil meraih tanganku mencoba membantuku untuk berdiri
Aku mengabaikan bantuan dari pemuda itu dan melanjutkan langkahku ke depan menuju bangku tadi.
“Nadira, tunggu….”
Aku tersentak mendengar pemuda itu dengan jelas menyebut namaku, sehingga membuat aku merasa keheranan dan menoleh ke arahnya. Pemuda itu pun berjalan mendekatiku.
“Ini kunci motor kamu kan, aku minta maaf seharusnya aku tidak duduk disana bersama teman-temanku” kata pemuda itu sambil menyerahkan sebuah kunci motor dengan gantungan kunci boneka strawberry
“tapi darimana kakak tahu namaku?” Tanyaku kepada pemuda itu penasaran sambil menerima kunci motorku
“teman kamu itu datang dan marah-marah sama kami, katanya kalian berdua udah nge “ CUP “ bangku itu untuk berduaan ya” kata pemuda itu sambil tersenyum tipis kepadaku
youstarerightintomyeyesEntah kenapa aku juga membalas senyuman pemuda itu, karena memang terdengar funny kalau Amaiza dan aku sudah membooking sebuang bangku untuk menikmati pemandangan Monas berdua saja. Yah, kelihatannya begitu karena ketika mereka datang untuk bergabung kepadaku, aku justru pergi meninggalkan mereka. Tanpa aku sadari, tingkah laku aku dan Amaiza kadang-kadang memang aneh saking akrabnya bahkan seperti saudara kandung sendiri. Padahal ketika aku dirumahku di Kampung, aku tidak seakrab itu dengan adik kandungku sendiri. Aku jadi merasa lucu dan geli sendiri mendengar ucapan dari pemuda itu kepadaku. Sesaat aku melihat ke arahnya, dia tampak sedang memandangiku dengan tatapan tajam. Aku jadi merasa salah tingkah karenanya, tapi kalau aku perhatikan secara jelas ternyata pemuda ini punya mata yang indah dengan alis yang hitam tebal. Dia lebih mirip seperti bule daripada orang Indonesia asli, hanya saja kulitnya tidak begitu putih. Tapi kalau menurutku, dia cukup tampan.


Bersambung...

You Might Also Like

0 komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Like us on Facebook

created by Ariyani Magenta . Powered by Blogger.