cerpen

hidup diantara cinta dan fitnah

01:24



Siang itu sebuah mobil Honda Jazz putih berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah yang gelap dipenuhi semak belukar dan tampak tak terawat. Halamannya pun dipenuhi alang alang yang tinggi hingga menutupi pandangan mata. Suasananya begitu sunyi dan dingin bak tempat-tempat angker seperti kisah-kisah hantu ditelevisi.  Chretezzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz…….. suara pintu mobil jazz itu dibuka. Seorang wanita paruh baya berwajah mungil nan molek mengenakan kerudung merah muda keluar dari mobil jazz itu. Dia segera membuka pintu mobil yang lainnya dan tersenyum manis kepadaku.
“Nanny.. ayo cepat turun, kita sudah sampai” ajak wanita paruh baya itu dengan penuh kelembutan seraya menggandeng tanganku
Aku masih terdiam duduk di jok mobil depan, rasanya enggan turun mengikuti ajakan wanita paruh baya itu. Badanku seperti melekat erat pada kursi hingga tertempel tak mau lepas. Hmmm.. itu Cuma alasanku saja untuk tak mau turun menginjakkan kakiku di tanah itu. Sesaat aku melayangkan pandanganku ke sekeliling tempat itu. Aku melihat sekelompok anak-anak bermain bola dengan riangnya, ada juga anak perempuan yang sedang asik berkejar-kejaran kesana kemari. Aku mulai teringat masa kecilku yang tidak begitu menyenangkan bahkan bisa dikatakan suram. Karena aku dibesarkan dalam keluarga broken home.
http://cdnstatic.visualizeus.com/thumbs/03/0e/paisagem-030e28e3c1589638e1191d0cf8ab91bf_h.jpg
“Ayo….turun, ini kan rumah kita” ajak wanita paruh baya dengan senyuman merayuku agar bersedia turun

Aku menghela nafas panjang, aku langkahkan satu persatu kakiku turun dari mobil.  Walaupun rasanya begitu berat tetapi bagaimanapun juga wanita paruh baya itu adalah ibuku, tentu aku tidak bisa menolak perintahnya.  
“Ibu….kenapa kita harus pergi kesini? Apa ibu sudah lupa kejadian 10 tahun yang lalu?” tanyaku penasaran dengan nada agak manja seperti biasanya
Ibuku hanya tersenyum sambil membuka gembok pintu gerbang rumah yang telah lama tak berpenghuni itu. Ia berjalan diantara alang-alang mencoba mencari celah kosong yang tidak begitu berlumpur. Aku pun terpaksa mengikuti jejaknya dibelakang, sesekali sepatu high heels ku tercebur ke dalam kubangan lumpur becek yang menjijikan. Hufhh. Benar-benar sangat menyebalkan sekali, walaupun dulu aku tinggal di tempat ini tetapi selama ini aku telah hidup Di kawasan elit Jakarta. Lagipula aku enggan mengunjungi tempat ini, meskipun ini adalah rumahku sendiri karena banyak kenangan pahit yang aku alami di tempat yang tidak aku sukai ini. Beruntung adikku Nafiz tidak mengalami kejadian buruk itu, walaupun dia termasuk menanggung beban kepedihan itu. Betapa tidak, Dia masih berada dalam kandungan ibuku waktu itu, yang akhirnya harus terpaksa lahir premature karena pernah mengalami kecelakaan saat usia kandungan muda. Kini dia telah bersekolah sambil mengaji di sebuah pesantren terkenal di Jakarta. Semua kejadian tragis itu tidak pernah kuceritakan kepadanya, meskipun dia sering menanyakannya kepadaku.
Ibuku tampak mencari-cari sesuatu mungkin beberapa peralatan di dapur yang dapat digunakan untuk membersihkan ruangan. Aku pun berjalan-jalan melihat sekeliling rumah yang sangat kotor. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah kamar dengan pintu tertutup oleh rumah laba-laba, itu adalah kamarku. Aku pun membuka perlahan lahan pintu itu berharap menemukan sesuatu yang dapat membantu ibuku untuk membereskan rumah.
 sadletter

Sepucuk surat tergeletak di  meja berdebu nan usang. Entah sudah berapa lama dibiarkan begitu saja. Dinding-dinding kosong tak bernyawa telah menjadi saksi kejadian waktu itu. Hari dimana aku menerima kepahitan hidup yang luar biasa hingga kini masih sangat menggema di pikiranku. Tentu saja, aku masih ingat bagaimana mereka memperlakukanku dan ibuku. Aku ingat dengan jelas bagaimana aku merengek memohon belas kasihan mereka. Sedangkan ayahku harus tinggal jauh dari kami demi urusan pekerjaan.
Ayahku adalah HSE Officer di sebuah perusahaan pertambangan minyak lepas pantai, yang selalu berpindah dari kota satu ke kota lainnya di seluruh nusantara. Ia hanya pulang setahun sekali saat lebaran tiba namun terkadang hingga 2 sampai 3 tahun sekali ketika dia  mendapatkan job ke luar negeri. Sedangkan ibuku hanyalah pegawai di sebuah klinik swasta, dia membantu pekerjaan dokter melakukan tindakan medis yang kebetulan masih saudara jauh ayahku. Ibuku hanya lulusan SMA, tetapi cukup terampil layaknya perawat kesehatan mungkin karena sudah cukup terlatih.
Tiba-tiba aku ingin menyentuh kembali surat yang tergeletak 10 tahun yang lalu itu. Hatiku seperti tergerak untuk membaca kembali isi surat itu. Aku buka amplop berwarna kuning yang sudah hampir remuk. Sempat aku merasa janggal, karena dalam waktu yang cukup begitu lama kertas surat yang berwarna putih itu masih utuh meskipun warnanya agak memudar. Tetapi tinta-tinta yang tergores pada tiap baris lembaran itu pun masih utuh bisa terbaca  seperti tak rela untuk dilupakan. Air mataku pun mulai mengalir ketika kubaca sepenggal isi surat itu.


 ...................................................................................................................................
Nanny sayang,
Ayah sangat sayang sama Nanny dan ibu, ayah tidak mungkin melakukan hal serendah itu meninggalkan kalian berdua. Kalian adalah harta ayah yang paling berharga, semangat ayah dalam mencari nafkah, kebahagiaan dalam kehidupan ayah. Jangan mendengarkan fitnah keji itu., astaghfirullah ayah benar-benar tidak menyangka nenek dan kakek tega melakukan ini kepada kalian harta terbesar ayah. Ayah selalu menyesali perbuatan ayah mempercayai mereka, ayah benar-benar merasa bersalah telah menyakiti perasaan ibumu. Ayah baru sadar ibumu sungguh pandai menyembunyikan penderitaannya. Maafkan ayah yang tidak mempercayai tangisan sedihmu. Ayah janji akan segera menjemputmu. Tunggulah ayah nak, bilang pada ibu sebentar lagi ayah akan segera kesana.
 .....................................................................................................................................
Itulah surat terakhir dari ayahku yang dia tulis secara diam-diam dan dikirimkan oleh seorang tetangga dekat keluarga kami. Waktu itu aku masih berusia 6 tahun, aku tidak tahu kenapa ibu menitipkanku pada salah seorang temannya di kota Manado. Tetapi aku ingat dengan jelas ketika tetanggaku mengatakan ibukku dibawa ke rumah sakit karena kecelakaan. Aku sangat histeris ketika melihat kondisi ibuku yang berlumuran darah, tetanggaku segera memelukku dengan hangat berusaha menenangkanku.
Memang selama ini, keluargaku sering diteror orang tak dikenal apalagi ketika ayah tidak dirumah. Mereka tidak hanya mencuri dan merampok, terkadang hingga melukai ibuku. Namun para peneror itu tidak pernah sekalipun menyentuhku, meskipun aku menangis merengek rengek. Itulah kadang yang membuat tetangga datang berduyun duyun untuk memeriksa kejadian dirumah kami. para tetangga sering mengait-ngaitkan hal itu dengan ketidakharmonisan hubungan antara keluarga kami dengan nenek kakek. Menurut beberapa cerita tetangga, ayah dan ibuku menikah tanpa persetujuan mereka. Ayahku adalah orang yang berpendidikan tinggi sedangkan ibuku hanya lulusan SMA swasta.
Kakek dan Nenek pun sering sekali menghardik bahkan memukul ibuku ketika melakukan kesalahan yang tidak jelas dimana letak kesalahannya. Tetapi sekalipun ibuku tidak pernah melawannya. Pernah suatu waktu ibuku diusir dari rumah kami sendiri, padahal rumah itu dibangun dari hasil kerja keras ayah dan ibu mencari uang. Tapi mereka menganggap kalau ibuku hanya menjadi beban keluarga mereka yang hanya bisa meminta-minta. Meskipun begitu kakek dan nenek tidak begitu kejam terhadapku mungkin karena aku masih berhubungan darah dengan mereka. Tetapi tentu saja, hatiku sangat teriris-iris melihat perlakuan keji mereka. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa hanya mampu menangis tersedu sedu sepanjang malam. Setiap ayah pulang, ibu tidak pernah mengadu kepada ayah. Dia juga melarangku untuk mengatakan hal itu kepada ayah.
Pagi itu hari minggu, ibuku sedang membersihkan halaman belakang rumah. Seperti biasanya dia mencabut satu persatu rumput tumput liar yang sudah agak meninggi.  Aku pun senang sekali membantu pekerjaan berkebun ini. Yah, inilah hobby favoritku dirumah yaitu berkebun dan beternak ayam kampong. Aku suka sekali memainkan anak ayam yang masih baru menetas, kulitnya begitu halus dan lembut. dubrakkkkkkkkkkkkkkkkkkk… tiba-tiba terdengar seperti ada pintu yang didobrak orang secara paksa. Ibu pun segera melihatnya masuk ke dalam rumah. Setelah itu ibu terlihat berlinang airmata dan memanggil-manggil tetangga sebelah rumah untuk membawaku pergi jauh dari sana. Aku merasa bingung dan mulai ikut meneteskan air mata segera mendekap erat ibuku. Tetapi tetanggaku membopongku meninggalkan ibuku, dan masuk ke mobilnya. Aku berteriak histeris memohon untuk tetap tinggal bersama ibuku. Tetanggaku itu terus memelukku yang meronta ronta dan merengek rengek hingga aku terlelap tidur karena kelelahan.
Ketika aku terbangun, aku telah berada disebuah kamar yang tidak besar namun tampak elegan. Dindingnya berwarna hijau terang dengan beberapa jendela kaca yang besar. Semua benda tertata rapi di dinding dan meja. Aku begitu merasa asing dengan tempat itu. Aku segera teringat ibuku yang entah berada dimana, aku pun merengek rengek dan menangis mencari ibuku. Tetanggaku datang, dan melihatku telah terbangun dan menangis mencari ibuku, ia segera menggendongku dengan kasih sayang dan segera menyuapkan beberapa makanan namun rasanya mulut ini kelu untuk menyentuh makanan selezat apapun itu. Dia kemudian menghiburku, dan mengatakan kalau aku telah berada di kota Manado.  Sesaat terdengar telepon berdering, rupanya itu telepon dari rumah sakit yang mengabarkan ibuku telah mengalami kecelakaan.
Aku masih ingat seperti apa kondisinya waktu itu, ibuku yang masih berbaring lemah di kasur busa berwarna putih dengan seprei yang berbau khas seperti obat bius, hingga membuatku rasanya ingin muntah. Ruangannya pun tidak begitu luas, tetapi banyak benda di dalamnya seperti kamar multi fungsi. Ada TV, sofa, kulkas, dan meja vas bunga. Ibuku mulai bercerita kepada tetanggaku tentang kejadian yang dialaminya, ia terlihat meneteskan air matanya dengan begitu pilu. Aku pun jadi ikut menangis dan sedih, aku tidak tahu kenapa setiap ibuku sedih aku merasa ikut sakit dan menderita. Tetanggaku itupun segera menggendong tubuhku yang mungil dan kurus, dai mengelus elus rambutku untuk menenangkanku.
“Apa salahku, kenapa mereka begitu membenciku.. aku berusaha tidak melakukan kesalahan apapun, tapi tetap saja mereka ingin memisahkan aku dari ayahnya nanny..” ucap ibuku tergagap gagap diringi isak tangisan
“ Yang namanya keluarga pasti ada ketidakcocokan tapi kalau sudah main hakim sendiri seperti ini, sudah tidak wajar lagi, kenapa mesti memisahkan dua orang yang saling mencintai dan sudah berkeluarga. Apa mereka tidak punya hati? Apalagi sudah punya buah hati seperti ini benar benar kebangetan” sambung tetanggaku menaruh simpati sambil terus mendekapku hangat
“Yah, mereka memaksaku untuk menggugat cerai ayah Nanny, tetapi aku sangat mencintainya. Aku tidak bisa melakukan itu. Mereka justru mengancam akan membunuhku, karena telah memilih wanita yang tepat untuk ayah Nanny bahkan mereka mengatakan ayah Nanny telah melakukan pernikahan siri dengan wanita itu. Aku tidak menghiraukan kata-kata mereka dan segera pergi menuju Manado. Ketika aku turun dari terminal berjalan untuk menyetop angkot, tiba-tiba sebuah mobil menyerempetku tetapi aku masih diberi perlindungan oleh Yang maha Kuasa hingga ada beberapa orang yang menolongku meskipun mobil itu tidak berhasil ditemukan. Tapi aku bisa lihat itu plat mobil seseorang yang aku kenal ” Ucap ibuku dengan linangan air mata yang semakin dera.
accident
accident anime

Pagi itu langit biru membentang luas, awan putih membumbung diseberang pegunungan yang tinggi nan biru. Burung-burung berkicau riang menyambut hari baru berharap ada kabar gembira yang datang. Tanah-tanah masih berlumpur seperti diguyur hujan deras semalaman, embun-embun sejuk masih menempel lekat didedaunan hijau nan segar seolah enggan untuk jatuh terpisah dari induknya. Kemilau surya yang kekuningan tampak membias dalam pantulan anak sungai yang mengalir tenang.
youngdaddy
young daddy
Seorang laki-laki berkulit coklat terang tampak sumringah menenteng tas dan menggeret kopernya menuju sebuah rumah sederhana ditepi sebuah jalan. Wajahnya terlihat pucat seperti kurang tidur, namun senyum bibirnya terus mengembang ketika semakin mendekati halaman rumahnya. Sudah begitu lama sejak ia merantau meninggalkan istri dan putri semata wayangnya untuk mencari nafkah. Meskipun ia tergolong sukses dalam pekerjaannya, namun ia memilih untuk menabungkan sebagian uangnya untuk masa depan anak-anaknya kelak. Sehingga ia tidak membeli kendaraan mewah apapun, lagipula dia selalu bepergian jauh jadi kendaraan itu tidak begitu bermanfaat untuknya. Lagipula istrinya lebih menyukai menggunakan sepeda motor dan angkot untuk keperluan belanjanya dirumah.
“tok….tok….tok Assalamualaikum”
“tok…tok..tok Assalamualaikum… bu…ayah pulang” ucap laki-laki itu dengan sumringah
Namun tak terdengar suara seorang pun menjawab salam laki-laki itu. Seorang tetangga mengatakan kepadanya kalau istri dan anaknya dibawa kerumah orang tuanya. Akhirnya laki-laki itupun segera naik angkot menuju desa sebelah tempat orangtuanya tinggal. Sesampai disana laki-laki itu disambut dengan ramah dan hangat oleh kedua orang tuanya. Namun dia tidak melihat batang hidung istri dan putri kesayangannya itu.
“Bu, Nanny dan Ashari mana? Kata Pak Mustofa dia tinggal disini sementara waktu”
“Kenapa kamu menanyakan wanita yang telah menghianatimu itu! Dia bahkan telah berselingkuh dan hamil dengan pria lain… seharusnya kau ceraikan dia dan menikah dengan miranty seorang wanita karir yang sukses itu, dia jauh lebih cocok untukmu… lagipula dulu ibu sudah pernah menjodohkanmu dengannya ketika dia masih kuliah…. Dia mengatakan bersedia menikah denganmu meskipun telah menjadi duda.”
“Ashari tidak mungkin menghianatiku, kalau memang dia hamil itu pasti anakku… bulan lalu aku pulang karena sudah sangat merindukan mereka, aku coba curi-curi waktu liburku meskipun hanya sehari.. dan  sekarang aku ingin memberikan kejutan untuk putriku yang sebentar lagi genap berusia 6 tahun…. Sudah lama dia minta dibelikan boneka putri salju… dia pasti menyukainya” terang laki-laki tinggi berwajah tampan itu seraya memperlihatkan bungkusan kado berwarna ungu tua dengan motif bunga bunga
“percayalah pada ibu nak, istrimu telah hamil 5 bulan apa dia tidak memberitahumu? Apakah kau tidak bisa melihat perubahan pada tubuhnya” sambung perempuan tua berwajah galak tergagap gagap berusaha meyakinkan putra sulungnya itu
“lalu dimana mereka sekarang, bu?” kata laki-laki itu penasaran
“ibu berusaha melarangnya pergi, tapi dia bersikeras untuk meninggalkan rumah dan pergi ke Jakarta bersama kekasih barunya itu” jawab wanita tua dengan pura-pura terisak dan meneteskan air matanya
Laki-laki itupun terdiam, dia merasa heran dengan pernyataan ibunya itu. Dalam hati dia berpikir kalau memang istrinya hamil, mengapa tidak memberitahunya melalui telepon. Dia segera menelpon istri kesayangannya itu, namun tak satupun panggilan terjawab. Hatinya mulai gundah gulana, dia merasa amat sangat kecewa dengan perbuatan istrinya itu. Hatinya sangat hancur bagai dihantam ribuan meteor, hingga dia tak sanggup hidup lagi. Tubuhnya begitu lunglai dan lesu, wajahnya menunduk dan airmatanya mulai menetes jatuh ke lantai. Ibunya terus berusaha memanas-manasinya hingga membuat laki-laki itu membenci istri tercintanya itu.
littlegirl
cry lil girl

Setelah selesai melakukan sebuah pemeriksaan laboratorium, seorang wanita diantar seorang perawat muda berbadan proporsional dengan menggunakan kursi roda ke kamarnya. Wanita itu tersenyum senang melihat putri kecilnya sedang makan buah dengan lahapnya.
“Bu, kalau ada apa-apa….panggil saja kami ada diruangan jaga ya.” Kata perawat muda itu dengan lembut dan ramah
“iya suster…” jawab wanita itu pelan sambil tesenyum
“akhirnya Nanny sudah mulai mau makan, sejak kemaren dia hanya merengek dan menangis aku takut kalau dia sampai sakit”  sapa wanita itu lagi sambil membelai rambut putri kecilnya yang sedang lahap memakan buah
“iya, kasihan anak seusia ini harus ikut menghadapi masalah sepelik itu…eh.ngomong-ngomong bagaimana hasilnya. Apakah positif?” Tanya seorang wanita paruh baya yang sejak tadi menjaga putri kecilnya selama dia dibawa ke laboratorium
“iya, positif. Aku harus segera memberitahunya pada ayah Nanny. Dia pasti sangat senang mendengar berita ini. Terima kasih ya kak, buat semuanya. Kakak sudah membantu aku hingga sejauh ini. Tanpa kakak aku tidak tau apa yang harus aku lakukan” jawab wanita itu berderai airmata
“iya sama-sama kamu sudah seperti adik kandungku sendiri, aku juga sangat menyayangi Nanny seperti anakku sendiri. Tau sendiri kan, suamiku  sangat menyayangi Nanny apalagi sejak ketiga putra kami meninggal karena kecelakaan itu.”


bersambung....

You Might Also Like

0 komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Like us on Facebook

created by Ariyani Magenta . Powered by Blogger.