malam itu cahaya rembulan sangat
terang, menembus sela sela semak belukar yang rapat seolah tak ijinkan siapapun
untuk mendekat. suara burung gagak terdengar sayu sayu di pohon pohon yang
menjulang tak berujung. sesaat diselingi gonggongan anjing dan serigala yang
begitu mencekam.
"cut... cut...cut" seorang laki laki bertubuh agak pendek dengan
perut buncit berteriak dengan toa
sontak, membuat sepasang aktor
dan aktris kaget setengah mati. betapa tidak, suaranya seperti seekor harimau
yang menggeram ketika dibangunkan dari tidurnya. sutradara yang satu ini memang
sudah terkenal dengan temperamen dan sangat keras, namun dia begitu ambisius
dengan ide ide gilanya hingga mampu membuat film cukup berkelas dan hampir semuanya mempunyai
rating tinggi.
“Areena! kamu harus bersikap lebih
dingin dan tegas lagi!…ingat! peran kamu disini itu sebagai cewek yang arogant
dan sombong bukan cewek yang lembek seperti itu…ngerti?! Bentak sutradara buncit yang melototkan matanya ke arah aktris
muda yang hanya menunduk sedari tadi
“iya pak…..” jawab aktris muda
itu lirih sambil menyembunyikan wajahnya yang ketakutan ke bawah.
“iya! Iya! Iya! Daritadi begitu
aja jawabannya…sudah berapa kali pengulangan gak ada perubahan sama sekali akting
kamu!” bentak sutradara seraya berdiri dan mengacung acungkan tangannya ke arah
aktris muda yang masih sangat ketakutan.
Seorang kru lain yang sejak tadi
melihat adegan panas sutradara dan sang aktris muda itu berdiri dan berjalan
mendekati sutradara. Ia berbisik ditelinga sutradara sambil menunjuk ke jam
tangan yang dipakainya. Sutradara galak itu pun mengangguk angguk tanda
mengerti maksud dari kru tersebut. Sutradara itu pun langsung pergi begitu
saja, sesaat ia melihat ke arah aktris muda sambil melotot dan membuang naskah
yang dipegangnya ke tanah.
“ oke, oke.. sudah lewat tengah
malam, adegan hari ini sudah selesai kita lanjut besok…” kata kru yang
membisikki sutradara tadi dengan tersenyum ramah.
Aktris muda yang sejak tadi
menunduk ketakutan akhirnya memberanikan diri mendekati kru itu. Dia adalah Pak
Aidil, sangat ramah dan baik hati. Secapek apapun di lokasi syuting dia tidak
pernah mengeluh kepada para aktor dan aktris yang kadang bertindak kurang professional
dalam beberapa adegan sehingga banyak melakukan kesalahan.
Aktris muda itu melangkahkan
kakinya perlahan-lahan mendekat ke belakang pak Aidil yang sedang memberes-bereskan
peralatan syuting. Dengan menghela nafas panjang dan tergagap-gagap dia mencoba
membuka mulutnya yang tipis.
“Pak Aidil…” panggil aktris muda itu
dengan lembut
Segera Pak Aidil menoleh ke arah
aktris muda yang tampak pucat pasi dikarenakan sudah sangat kelelahan. Namun garis-garis
wajahnya masih terlihat segar bagaikan bunga yang baru mekar. Yah, meskipun
malam telah selarut itu tapi kecantikan alami aktris muda itu masih sangat
menawan. Seperti seorang putri yang memiliki kulit putih bersinar, mata kecoklatan
yang cukup lebar dan alis yang agak tebal. Sesekali ia menjilati bibirnya yang
mungil namun tampak kering mungkin karena kurang minum dan udara yang kering.
“ sudah….. gak usah dipikirin,
besok juga paling udah sembuh temperamennya... sekarang silahkan kalian istirahat dulu… besok dilanjutkan lagi” Sapa Pak
Aidil mencoba memahami apa yang dirasakan aktris muda itu sambil tersenyum
simpul
Mendengar ucapak dari Pak Aidil,
aktris muda itu menjadi agak lega. Wajahnya yang pucat dan murung menjadi agak
ceria seperti sebelumnya. Ia pun langsung menuju ke tendanya untuk beristirahat.
Disana sudah terdapat Shelcy aktris lain yang telah mendapatkan jadwal syuting lebih
awal, ia sudah berbaring nyaman ditempatnya.
“eh reen.. udah pagi ya?” Tanya shelcy
sambil bangun dari tempat tidurnya dan meliuk-liukan badan dan tangannya ke kanan
dan ke kiri.
“masih malam.. jam 12an kali….” Jawab
Areen datar sambil menata nata tikar tempatnya untuk tidur
Setelah merapikan segala barang
barang yang ada di tenda itu. Areen segera merebahkan tubuhnya yang ramping itu
ke tikar. Layaknya para pendaki yang sedang camping di tengah hutan rimba. Memang
sungguh gila ide sutradara itu demi membuat sebuah film yang seperti realisitis
ia bahkan mengambil lokasi yang cukup
ekstrem dengan resiko yang besar. Karena tidak ada penginapan sama sekali…
boro-boro villa, hotel, atau bahkan losmen kecil pun tak ada. Walaupun sudah
terdapat jalan raya, namun pemukiman penduduk cukup jauh itupun tak ramai hanya
beberapa rumah atau hanya 1 atau 2 dusun saja.
hutan tak terjajah |
Terbangun dari lamunannya Areen
menoleh ke arah Shelcy teman satu tendanya yang tampak telah terlelap kembali. Dia
sangat lucu dengan pipinya yang bulat seperti bakpao namun tampak merona
seperti boneka Barbie. Mungkin karena dia ada keturunan orang cina jadi
wajahnya agak oriental. Selain beradu acting bersama mereka juga akrab dalam
kehidupan sehari hari. Ia juga tergolong gadis konglomerat namun rendah hati
bahkan selalu berbagi apapun yang dia punya kepada sahabat-sahabatnya. Makanya dia mempunyai banyak sekali teman..
Areen berkeinginan untuk
melihat-lihat keluar tenda. Meskipun udara begitu dingin dan menusuk ke tulang,
tapi keadaan tenda yang gelap dan sempit membuat Areen merasa tidak nyaman dan
susah untuk tidur. Dia pun segera memakai kaos kaki dan jaket tebal favoritnya.
Setelah keluar, suasananya
benar-benar tidak seperti yang ia harapkan. Begitu sepi dan sunyi, hanya
seonggok kayu yang terbakar hampir semua menjadi abu. Ternyata kru-kru yang
lain sudah pada tidur. Tiba-tiba keadaan berubah menjadi mencekam. Suara anjing
hutan mulai melolong dan mata-mata yang bulat dan tajam terlihat mengawasi
Areen yang berdiri terpaku di depan tendanya seperti ingin menunggu kesempatan
untuk memangsa. Namun Areen tak merasa takut sama sekali, Ia pun berjalan
mendekati api unggun yang berada tak jauh dari tendanya. Setelah beberapa saat ia duduk di kursi kecil
di depan api unggun. Ia mendengar suara langkah seseorang seperti terseret, hingga daun-daun kering yang
telah lama jatuh dari pohonnya seperti hancur oleh injakannya. Areen segera
menoleh ke kanan dan kiri untuk waspada. Namun ia tak melihat seorang pun
lewat. Bulu kuduknya pun menjadi merinding. Suara itu muncul kembali hingga
membuat ia penasaran dan mencari tau dimana sumber dari suara itu. Ternyata suara
itu muncul dari sebelah tenda sutradara galak. Ia pun mencoba mndekati tenda
sutradara itu.
Zhapppppppppppp………… tiba-tiba
seseorang mendekapnya dari belakang dan menutup mulutnya. Areen mencoba
meronta-ronta namun sepertinya tubuh orang itu cukup kekar dan kuat hingga
membuat aktris muda yang bertubuh mungil itu menjadi tak berdaya. Kemudian orang
itu membawanya ke balik semak semak yang gelap dan melepaskan dekapannya. Areen
mencoba untuk berteriak sekeras-kerasnya, namun orang itu segera menyalakan
senter sambil menutup bibirnya.
“kak Virgo? Ngapain ngelakuin hal
ini.. bikin takut aja.” Cetus Areen kesal sambil ngos-ngosan
Laki-laki bertubuh tinggi kekar
itu hanya tampak tersenyum kecil melihat ekspresi kesal Areen. dia terus
memperhatikan Areen dari ujung kepala hingga kaki hingga berulang-ulang. Sesekali
ia membelai rambut blow sebahu aktris muda itu yang lurus dan lembut bahkan
terkesan beberapa menciuminya. Tetapi Areen yang sudah menganggap Aktor lawan
mainnya itu sebagai kakak sendiri tidak merasa sungkan sama sekali, karena
menurutnya itu sudah menjadi hal yang biasa.
“ malam ini kamu sangat cantik….”
Puji laki-laki kekar dan tinggi itu seraya membelai-belai pipi aktris muda yang
mempunyai wajah oval nan mungil
Areen hanya menunduk malu dan
tersenyum simpul. Namun saat laki-laki kekar itu mencoba mendekati wajahnya dan
hendak mencium bibirnya Areen segera menghindar.
“kak, apa-apaan sih” kata Areen
cemas sambil mencoba melepaskan diri dari dekapan laki-laki kekar itu
Virgo semakin beringas dan
merapatkan kedua tangannya yang berotot mengunci aktris muda yang bertubuh
mungil itu dalam dekapannya. Ketika Areen hendak berteriak, Virgo melayangnya
sebuah cutter tajam hingga sedikit menggores leher Areen yang jenjang. Areen
terdiam sesaat tak bergerak sama sekali karena ketakutan, segera virgo
menjilat-jilati leher Areen yang sedikit berdarah karena goresan cutter
Virgo. Areen mulai gelisah dan cemas
bahkan menangis pun selalu di ancam dengan cutter tajam itu. Ia pun akhirnya
pasrah dan membiarkan Virgo melumati lehernya hingga berlumuran air liur.
“Ayo…ikut aku.” Desak Virgo
sambil menyeret tangan aktris muda yang halus itu ke suatu tempat.
Tak berapa lama mereka berjalan
sampailah mereka di sebuah mobil. Ternyata disana sudah siap seorang sopir. Mengetahui
dirinya akan diculik, ia pun berusaha ingin melarikan diri namun Virgo selalu
mengancam akan membunuhnya. Ia pun akhirnya menurut saja. Beberapa saat mobil
baru saja berjalan, virgo menyuruh si sopir untuk turun. Dan dia mulai menyetir
mobil sendiri. Dalam perjalanan mencekam itu perasaan Areen sudah tidak karuan,
rasanya ia ingin segera menelpon pacarnya yang sedang berada di kota. Namun telepon
genggamnya malah ditinggal di tenda. Ia berpikir keras bagaimana caranya melarikan
diri. mobil pun berhenti, di depan sebuah kompleks perumahan mewah dan megah.
Hingga membuat Areen terheran heran, bagaimana bisa rumah semewah ini ada di
tengah hutan belantara seperti itu.
“ itu semua milik Sutradara kita,
keren kan….semuanya ada 10 rumah dan 5 Villa dan di depan kita adalah Club” Kata
Virgo tersenyum sambil menunjukkan club
Areen hanya terdiam menatap Virgo
yang terlihat aneh. Dia trus bertanya dalam hati untuk apa Virgo mengajaknya ke
tempat seperti itu. Setelah itu Virgo justru mengunci pintu mobil dan mematikan
lampu mobilnya dan segera mendekati tempat duduk aktris muda yang jelita itu.
Dengan perasaan yang kaku dan
jantung mau copot, Areen mencoba untuk tetap santai saat Virgo mencoba membelai
wajah mungilnya. Berkali-kali ia menelan ludah untuk tetap tenang, dan mencoba
mencari titik kelengahan Virgo saat ia tak memegang senjata apapun yang dapat
melukainya. Saat Virgo mulai bermain-main dengan leher Areen yang jenjang itu.
Areen segera melihat ke arah dua tangan Virgo yang tampak kosong tanpa senjata
apapun. Cepat-cepat ia berdiri dan menuju pintu mobil depan, tetapi usaha itu
sia-sia, entah darimana asalnya tiba-tiba senjata tajam itu ada ditangan Virgo
dan dia goreskan sedikit di tangan kanan Areen. Areen yang meringis perih
segera duduk kembali ke tempatnya. Sementara itu virgo terlihat aneh dengan
menjilati tangan Areen yang tergores cutter. Beberapa kali Areen melihat benda-benda
di mobil namun ia tak menemukan benda tajam itu, seperti melenyap begitu saja
dan muncul begitu saja. Dia pun mulai merasa suatu yang janggal pada Virgo.
“ Aku harus menyerahkanmu pada sutradara
gila itu… tapi rasanya aku tidak rela sama sekali,” kata Virgo pelan sambil
membelai wajah Areen dengan penuh kasih sayang
“kenapa aku harus diserahkan pada
sutradara itu?” Tanya areen penasaran dan bingung
Sesaat Virgo mulai memeluk erat Areen, disaat itu juga terdengar isakan pelan seperti tertahan beban berat didalamnya. Sesekali di mengecup kening Areen seolah tak ingin melepaskan pelukan kasih sayangnya itu. Areen menjadi semakin bingung dan heran melihat tingkah laku aktor yang sudah ia anggap menjadi kakaknya sendiri.
“ Daripada dia yang akan mendapatkanmu,
lebih baik aku, aku yang rela mati demi itu…..” Kata Virgo sembari membelai
wajah aktris muda yang amat disukainya itu
Beberapa saat mereka berdua saling
menatap dengan tatapan yang tidak jelas. Antara heran, bingung, dan cemas. Kemudian
Virgo mengecup bibir Areen pelan dengan penuh kelembutan. Areen berusaha
menghindarinya dengan meronta ronta tetapi tak berdaya oleh dekapan Virgo yang
begitu erat. Tiba-tiba ia berubah sangat kasar dan beringas. Hingga mencabik
cabik jaket Areen.
“Aku tau aku akan mati jika
melakukan ini pada gadis yang disukai sutradara gila itu, tapi aku tidak akan
membiarkan kamu menjadi mangsa kebiadabannya”
bersambung.
bersambung.
0 komentar