cerpen

Menyesali Kepergianmu

21:07



Langit masih begitu gelap, remang-remang sinar kekuningan mengintip di ufuk timur diantara gundukan tanah yang membentang tak berbatas. Burung burung mulai berkicau di dahan pepohonan yang rindang. Angin semilir bertiup lembut diantara daun-daun basah yang mengembun. Sesekali menetes dan mengucur ke tanah yang berlumpur. Yah, semalam hujan cukup deras mengguyur kota itu hinggan masih menyisakan genangan genangan air di jalanan yang cekung. Seperti biasanya seorang gadis berusia belasan tahun  setelah menunaikan solat subuh  membaca buku di kamarnya. Ia lakukan itu untuk mereview kembali mata kuliah yang kemaren diajarkan atau bahkan mata kuliah hari ini sebagai bahan acuan. Dia tergolong mahasiswa semester pertama yang pandai dan rajin di kampusnya.
boycallgirlTlililit……….tliliiiittt……tlililitttt…… handphone yang tergeletak dimejanya bordering

Gadis itupun segera mengangkat telepon itu.
“hallo……..ada apa?” sapa gadis itu dengan lembut tampak mengenali suara orang yang menelponnya
“Bee…. Hari ini kita ketemuan ya?” kata seseorang laki-laki yang menelpon gadis itu dengan suara berat
“kenapa tiba—tiba ngajak ketemu… kemaren bilang sibuk banget, sampai gak ada waktu buat nelpon aku?!” jawab gadis itu dengan suara meninggi namun merengek manja
“iya aku minta maaf, aku memang lagi banyak kerjaan di kantor….. mau ya ketemuan, please! Aku kangen banget sama kamu my Bee….” Pinta Laki-laki itu dengan penuh harap
“Gak bisa! Hari ini ada mata kuliah tambahan lagian aku ada jadwal ekstrakurikuler juga!” Kata Gadis itu dengan suara tinggi berpura-pura seolah sedang marah
“ya udah deh kalau gitu….” Jawab laki-laki berusara berat itu dengan suara melemah dan sedih
Sekitar pukul !2.00, Gadis Muda yang bernama Armagenta itu telah menyelesaikan mata kuliah terakhirnya. Ia segera meninggalkan kelasnya dan bergabung bersama teman-temannya yang lain di balcon. Ketika dia melihat Handphone, ternyata sudah ada beberapa panggilan tak terjawab dari kekasihnya yang tadi pagi menelponnya.
“cie…cie…cie…..lengket terus nih Arma sama Rizki.” Goda salah satu teman satu genk Armagenta
“jangan…jangan…. Bentar lagi ada undangan datang nih.” Sambung teman Armagenta yang lain
“gak lah… aku masih 18 tahun, mana mungkin Mama ngijinin cepet-cepet gitu….lagian Rizki juga masih 23 tahun, belum dewasa lah cowok seusia itu.” Jawab Armagenta tersipu sipu menahan malu
“ hmmm… gak juga ah, umur tidak menentukan kedewasaan seseorang kali ma. Tapi ngomong-ngomong  beneran nih, abis ini kita ke mall… ma? Tumben banget kamu ngajakin kita kesana.” Tanya Kasandara
“iya, aku pingin beliin sesuatu buat cowokku. Yah walaupun selama 2 tahun ini kita sering berantem, tetapi dia bener-bener sabar dan selalu pengertian sama aku. Tiba-tiba aja dia tadi pagi nelpon terus minta ketemuan, padahal kemaren aku minta dianterin ke mall dia nolak nolak gara-gara ada urusan bisnis. Aku sebel banget sama dia, padahal niatku ke mall buat beliin dia jam tangan. Bayangin aja, jam tangan yang udah rusak dan usang dipake terus terusan  gara-gara itu hadiah terakhir dari papanya. Selama ini dia tidak mau memakai jam tangan pemberian siapapun, tetapi kalau aku yang beliin pasti dipakai kan? Aku mau kasih surprise ke dia.” Terang armagenta penuh haru
“gak nyangka, dibalik keganasan karakternya  ternyata Arma punya sisi lain yang so sweeeeet…” Goda Alianna sembari mencubit pipi Armagenta yang menggemaskan
“ihh apaan sihh…” Armagenta berusaha menghindar dari cubitan teman akrabnya itu sembari tertawa penuh canda
 
Matahari tampak meredup diantara awan yang berkabut. Bayang-bayang benda tampak serong ke timur. Di jalanan yang panjang kendaraan hilir mudik berlalu lalang. Sesekali terlihat lampu merah diperempatan, nampak beberapa orang tanpa letih menjinjing kardus berisikan makanan ringan dan koran menjajakan diantara kaca-kaca mobil yang berhenti disana. Terkadang  anak kecil pun ikut berpanas-panasan sambil digendong ibunya meminta-minta kesana kemari yang tak mesti mendapat sepeser uang.
“Pak, tolong beliin aku Koran hari ini yang terbaru” pinta Armagenta kepada sopir pribadinya
“baik non” jawab sopir singkat
“makasih ya pak.” Kata Armagenta tersenyum ramah sembari menerima Koran yang baru dibeli oleh sopirnya
Armagenta membaca koran selama perjalanan menuju perusahaan tempat kekasihnya Rizki bekerja. Di halaman awal headline, tergambar sebagian besar Bandara mengalami penundaan penerbangan karena cuaca yang tidak stabil. Disana juga diceritakan para nelayan tidak bisa melaut karena badai dan ombak yang bergelombang tinggi.
“sudah sampai non….” Kata pak sopir mengingatkan Armagenta
“oh iya terimakasih..” Jawab Armagenta tersenyum kecil sembari membuka pintu mobilnya
Cklekkkkkkkkkkkk……… Armagenta keluar dari mobilnya. Di halaman depan perusahaan itu tampak ramai orang berkerumun. Padahal waktu itu sudah masuk jam karyawan pulang. Beberapa orang kelihatan berdesak-desakan melihat papan pengumuman. Beberapa orang lainnya terlihat sedang menangis histeris. Bahkan tampak berapa orang terkulai lemas di dinding bersama rekannya yang lain.

“apa mereka kesurupan? Rizki gak bilang apapun kalau perusahaan ini angker, tapi dia pastinya belum pulang kan?” guman Armagenta dalam hati
Segera dia melangkahkan kakinya ke dalam gedung bertingkat 5 itu, dan menuju ke meja resepsionis. Disana ia bertemu dengan ibunda Rizki yang matanya tampak merah dan bengkak, ia terus menerus menatap layar televise yang sedang menanyangkan berita terkini. Sesekali ia sesenggukan mungkin karena terlalu lama menangis.
“ Ibu, kok ada disini?” sapa Armagenta kepada ibunda Rizki
“ Arma, kamu juga disini nak?” Kata Ibunda Rizki dengan berlinang air mata mendekap Armagenta yang berdiri tepat didepannya
“kenapa ibu menangis?” Tanya Armagenta bingung sembari memeluk ibunda Rizki mencoba menenangkannya
“Riz…..ki……Riz…..ki……….” kata Ibuna rizki terbata bata air matanya mulai deras mengucur membasahi pipinya
Waktu itu di layar televisi sedang menayangkan daftar nama-nama korban Pesawat tujuan penerbangan ke Singapura yang hilang di perairan selat karimata. Pesawat yang hilang kontak setelah 15 menit lepas landas itu hingga saat ini belum bisa ditemukan. Sepuluh korban adalah karyawan PT Vastelle yang hendak melakukan kunjungan kerja dalam rangka kerjasama dengan salah satu Perusahaan di Singapura. Salah satu korban bernama Alfi Muhammad Rizkiansyah yang tak lain kekasih Armagenta. Spontan Armagenta terkulai lemas, sekujur tubuhnya teraaa dingin. Denyut nadinya berdetak tak beraturan. Ia hanya terdiam tak mampu menangis. Rasanya matanya kaku hingga airmatanya tak mampu keluar dari sudut-sudut matanya yang indah namun tampak sayu.
“kenapa dia gak bilang kalau mau pergi ke singapur?” gumam armagenta lirih dan pilu
“dia menggantikan asisten direktur yang hari ini sakit jadi tidak bisa pergi kesana, bukannya kalian sudah ketemu tadi pagi? Apa dia tidak bilang apapun?” Kata Ibunda Rizki penasaran sambil sesekali sesenggukan
Armagenta menunduk sedih dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun lagi. Hatinya dipenuhi luka dan beban yang mendalam. Dalam pikirannya diselimuti penyesalan yang tiada tara.
“sudahlah nak, mari kita berdoa semoga Rizki baik-baik saja dan pesawat itu segera ditemukan.”  Kata ibunda rizki mencoba bersikap tabah dan sabar

You Might Also Like

0 komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Like us on Facebook

created by Ariyani Magenta . Powered by Blogger.