Langit masih begitu gelap,
remang-remang sinar kekuningan mengintip di ufuk timur diantara gundukan tanah
yang membentang tak berbatas. Burung burung mulai berkicau di dahan pepohonan
yang rindang. Angin semilir bertiup lembut diantara daun-daun basah yang
mengembun. Sesekali menetes dan mengucur ke tanah yang berlumpur. Yah, semalam
hujan cukup deras mengguyur kota itu hinggan masih menyisakan genangan genangan
air di jalanan yang cekung. Seperti biasanya seorang gadis berusia belasan
tahun setelah menunaikan solat subuh membaca buku di kamarnya. Ia lakukan itu untuk
mereview kembali mata kuliah yang kemaren diajarkan atau bahkan mata kuliah
hari ini sebagai bahan acuan. Dia tergolong mahasiswa semester pertama yang
pandai dan rajin di kampusnya.
“hallo……..ada apa?” sapa gadis
itu dengan lembut tampak mengenali suara orang yang menelponnya
“Bee…. Hari ini kita ketemuan ya?”
kata seseorang laki-laki yang menelpon gadis itu dengan suara berat
“kenapa tiba—tiba ngajak ketemu…
kemaren bilang sibuk banget, sampai gak ada waktu buat nelpon aku?!” jawab
gadis itu dengan suara meninggi namun merengek manja
“iya aku minta maaf, aku memang
lagi banyak kerjaan di kantor….. mau ya ketemuan, please! Aku kangen banget
sama kamu my Bee….” Pinta Laki-laki itu dengan penuh harap
“Gak bisa! Hari ini ada mata
kuliah tambahan lagian aku ada jadwal ekstrakurikuler juga!” Kata Gadis itu
dengan suara tinggi berpura-pura seolah sedang marah
“ya udah deh kalau gitu….” Jawab laki-laki
berusara berat itu dengan suara melemah dan sedih
Sekitar pukul !2.00, Gadis Muda
yang bernama Armagenta itu telah menyelesaikan mata kuliah terakhirnya. Ia segera
meninggalkan kelasnya dan bergabung bersama teman-temannya yang lain di balcon.
Ketika dia melihat Handphone, ternyata sudah ada beberapa panggilan tak
terjawab dari kekasihnya yang tadi pagi menelponnya.
“cie…cie…cie…..lengket terus nih
Arma sama Rizki.” Goda salah satu teman satu genk Armagenta
“jangan…jangan…. Bentar lagi ada
undangan datang nih.” Sambung teman Armagenta yang lain
“gak lah… aku masih 18 tahun,
mana mungkin Mama ngijinin cepet-cepet gitu….lagian Rizki juga masih 23 tahun,
belum dewasa lah cowok seusia itu.” Jawab Armagenta tersipu sipu menahan malu
“ hmmm… gak juga ah, umur tidak
menentukan kedewasaan seseorang kali ma. Tapi ngomong-ngomong beneran nih, abis ini kita ke mall… ma? Tumben
banget kamu ngajakin kita kesana.” Tanya Kasandara
“iya, aku pingin beliin sesuatu buat
cowokku. Yah walaupun selama 2 tahun ini kita sering berantem, tetapi dia
bener-bener sabar dan selalu pengertian sama aku. Tiba-tiba aja dia tadi pagi
nelpon terus minta ketemuan, padahal kemaren aku minta dianterin ke mall dia
nolak nolak gara-gara ada urusan bisnis. Aku sebel banget sama dia, padahal
niatku ke mall buat beliin dia jam tangan. Bayangin aja, jam tangan yang udah
rusak dan usang dipake terus terusan gara-gara
itu hadiah terakhir dari papanya. Selama ini dia tidak mau memakai jam tangan
pemberian siapapun, tetapi kalau aku yang beliin pasti dipakai kan? Aku mau
kasih surprise ke dia.” Terang armagenta penuh haru
“gak nyangka, dibalik keganasan
karakternya ternyata Arma punya sisi
lain yang so sweeeeet…” Goda Alianna sembari mencubit pipi Armagenta yang
menggemaskan
“ihh apaan sihh…” Armagenta
berusaha menghindar dari cubitan teman akrabnya itu sembari tertawa penuh canda
Matahari tampak meredup diantara
awan yang berkabut. Bayang-bayang benda tampak serong ke timur. Di jalanan yang
panjang kendaraan hilir mudik berlalu lalang. Sesekali terlihat lampu merah
diperempatan, nampak beberapa orang tanpa letih menjinjing kardus berisikan
makanan ringan dan koran menjajakan diantara kaca-kaca mobil yang berhenti
disana. Terkadang anak kecil pun ikut
berpanas-panasan sambil digendong ibunya meminta-minta kesana kemari yang tak
mesti mendapat sepeser uang.
“Pak, tolong beliin aku Koran hari
ini yang terbaru” pinta Armagenta kepada sopir pribadinya
“baik non” jawab sopir singkat
“makasih ya pak.” Kata Armagenta
tersenyum ramah sembari menerima Koran yang baru dibeli oleh sopirnya
Armagenta membaca koran selama perjalanan
menuju perusahaan tempat kekasihnya Rizki bekerja. Di halaman awal headline,
tergambar sebagian besar Bandara mengalami penundaan penerbangan karena cuaca
yang tidak stabil. Disana juga diceritakan para nelayan tidak bisa melaut
karena badai dan ombak yang bergelombang tinggi.
“sudah sampai non….” Kata pak
sopir mengingatkan Armagenta
“oh iya terimakasih..” Jawab
Armagenta tersenyum kecil sembari membuka pintu mobilnya
Cklekkkkkkkkkkkk……… Armagenta
keluar dari mobilnya. Di halaman depan perusahaan itu tampak ramai orang
berkerumun. Padahal waktu itu sudah masuk jam karyawan pulang. Beberapa orang
kelihatan berdesak-desakan melihat papan pengumuman. Beberapa orang lainnya
terlihat sedang menangis histeris. Bahkan tampak berapa orang terkulai lemas di
dinding bersama rekannya yang lain.
“apa mereka kesurupan? Rizki gak
bilang apapun kalau perusahaan ini angker, tapi dia pastinya belum pulang kan?”
guman Armagenta dalam hati
Segera dia melangkahkan kakinya
ke dalam gedung bertingkat 5 itu, dan menuju ke meja resepsionis. Disana ia
bertemu dengan ibunda Rizki yang matanya tampak merah dan bengkak, ia terus
menerus menatap layar televise yang sedang menanyangkan berita terkini. Sesekali
ia sesenggukan mungkin karena terlalu lama menangis.
“ Ibu, kok ada disini?” sapa Armagenta
kepada ibunda Rizki
“ Arma, kamu juga disini nak?”
Kata Ibunda Rizki dengan berlinang air mata mendekap Armagenta yang berdiri
tepat didepannya
“kenapa ibu menangis?” Tanya Armagenta
bingung sembari memeluk ibunda Rizki mencoba menenangkannya
“Riz…..ki……Riz…..ki……….” kata
Ibuna rizki terbata bata air matanya mulai deras mengucur membasahi pipinya
Waktu itu di layar televisi sedang
menayangkan daftar nama-nama korban Pesawat tujuan penerbangan ke Singapura
yang hilang di perairan selat karimata. Pesawat yang hilang kontak setelah 15
menit lepas landas itu hingga saat ini belum bisa ditemukan. Sepuluh korban
adalah karyawan PT Vastelle yang hendak melakukan kunjungan kerja dalam rangka kerjasama
dengan salah satu Perusahaan di Singapura. Salah satu korban bernama Alfi
Muhammad Rizkiansyah yang tak lain kekasih Armagenta. Spontan Armagenta
terkulai lemas, sekujur tubuhnya teraaa dingin. Denyut nadinya berdetak tak
beraturan. Ia hanya terdiam tak mampu menangis. Rasanya matanya kaku hingga
airmatanya tak mampu keluar dari sudut-sudut matanya yang indah namun tampak
sayu.
“kenapa dia gak bilang kalau mau
pergi ke singapur?” gumam armagenta lirih dan pilu
“dia menggantikan asisten
direktur yang hari ini sakit jadi tidak bisa pergi kesana, bukannya kalian
sudah ketemu tadi pagi? Apa dia tidak bilang apapun?” Kata Ibunda Rizki
penasaran sambil sesekali sesenggukan
Armagenta menunduk sedih dan tak
mampu mengucapkan sepatah katapun lagi. Hatinya dipenuhi luka dan beban yang
mendalam. Dalam pikirannya diselimuti penyesalan yang tiada tara.
“sudahlah nak, mari kita berdoa
semoga Rizki baik-baik saja dan pesawat itu segera ditemukan.” Kata ibunda rizki mencoba bersikap tabah dan
sabar
0 komentar